Film Rangga dan Cinta Hidupkan Lagi Romansa Generasi Awal 2000-an

Senin, 06 Oktober 2025 | 08:00:59 WIB
Film Rangga dan Cinta Hidupkan Lagi Romansa Generasi Awal 2000-an

JAKARTA - Setiap generasi memiliki kisah cinta yang dikenang. Dua puluh tahun lalu, Ada Apa Dengan Cinta? menjadi ikon yang melekat di hati banyak orang. Kini, setelah penantian panjang, kisah itu kembali berdenyut lewat film Rangga & Cinta, yang resmi tayang serentak di bioskop pada 2 Oktober 2025.

Film ini hadir bukan sekadar untuk bernostalgia, tetapi juga sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini. Lewat sentuhan modern dan wajah-wajah baru, kisah legendaris ini dihidupkan kembali untuk menyapa penonton lintas generasi yang merindukan kehangatan, cinta, dan semangat muda.

Kisah Klasik dalam Sentuhan Baru

Diproduksi oleh Miles Films, film Rangga & Cinta kembali berada di tangan dua nama besar yang sebelumnya sukses menghidupkan versi orisinalnya: Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produser, didampingi oleh Nicholas Saputra dan Toto Prasetyanto.

Penulisan naskah digarap dengan penuh hati oleh Mira Lesmana bersama Titien Wattimena. Mereka berdua berusaha menjaga semangat cerita aslinya, sembari memberi nuansa yang lebih relevan dengan kehidupan remaja masa kini.

Menariknya, film ini bukan sekadar remake, melainkan reinterpretasi  menghadirkan kembali kisah yang sama, tetapi dengan sudut pandang generasi baru yang tumbuh di era serba cepat dan digital.

Wajah Baru, Energi Baru

Dalam versi terbaru ini, karakter-karakter ikonik diperankan oleh deretan bintang muda yang menjanjikan. Leya Princy dipercaya memerankan tokoh Cinta, sementara El Putra Sarira menghidupkan kembali karakter Rangga dengan pesona khasnya.

Keduanya beradu akting bersama Jasmine Nadya sebagai Alya, Kyandra Sembel sebagai Maura, Katyana Mawira sebagai Milly, Daniella Tumiwa sebagai Karmen, Rafly Altama sebagai Mamet, dan Rafi Sudirman sebagai Borne.

Mereka membawa energi baru dalam dunia yang sama, menghadirkan nuansa segar tanpa kehilangan esensi persahabatan, cinta, dan masa remaja yang dulu begitu melekat dalam versi awal film ini.

Latar yang Penuh Nostalgia

Cerita Rangga & Cinta berlatar di Jakarta tahun 2001, masa di mana musik pop Indonesia berkembang pesat, fashion remaja masih sederhana namun ekspresif, dan media sosial belum menjadi bagian utama kehidupan.

Riri Riza menghadirkan kembali atmosfer khas awal milenium itu lewat detail yang menawan dari busana, dekorasi ruang kelas, hingga alunan musik latar yang mengingatkan penonton akan masa muda mereka.

Penonton diajak menyusuri perjalanan Cinta, seorang siswi populer yang hidupnya tampak sempurna hingga ia bertemu dengan Rangga, sosok pendiam yang perlahan mengubah cara pandangnya terhadap cinta dan kehidupan. Dari rasa jengkel tumbuh ketertarikan, dan dari ketertarikan muncul dilema antara persahabatan dan perasaan.

Lebih dari Sekadar Cinta Remaja

Menurut sang sutradara Riri Riza, film ini bukan hanya kisah asmara dua anak muda, melainkan perayaan cinta dalam banyak bentuk cinta terhadap pasangan, keluarga, sahabat, bahkan cinta terhadap diri sendiri.

Riri menyampaikan bahwa Rangga & Cinta adalah refleksi dari perjalanan batin manusia yang tumbuh dan belajar melalui hubungan dengan orang lain. “Kisah ini bicara tentang keberanian untuk memahami diri sendiri dan menerima cinta dengan segala kompleksitasnya,” ujarnya.

Sementara itu, Mira Lesmana menekankan bahwa film ini lahir dari kerja keras dan dedikasi ratusan kru yang ingin menghadirkan pengalaman sinematik yang utuh. Mulai dari tata cahaya, visual, hingga musik, semuanya dikerjakan dengan detail demi menjaga roh cerita yang begitu dicintai penonton.

Harapan Lintas Generasi

Bagi Nicholas Saputra, yang kini terlibat sebagai produser, proyek ini memiliki makna emosional tersendiri. Ia mengaku bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari perjalanan panjang kisah Cinta dan Rangga dalam bentuk baru.

“Film ini bukan hanya untuk mereka yang tumbuh bersama Ada Apa Dengan Cinta?, tetapi juga untuk generasi muda yang mungkin baru mengenal kisah ini untuk pertama kalinya,” kata Nicholas. Ia berharap Rangga & Cinta bisa dinikmati lintas generasi dan menjadi pengingat bahwa setiap cinta memiliki caranya sendiri untuk tumbuh dan bertahan.

Kekuatan Visual dan Musik yang Menyentuh

Salah satu kekuatan utama film ini adalah perpaduan visual dan musik yang membangkitkan emosi. Gaya sinematografi Riri Riza yang hangat dan penuh nuansa puitis berhasil menyalurkan rasa rindu, sementara musiknya membungkus perjalanan tokoh-tokohnya dengan lembut.

Setiap adegan terasa hidup dan membawa penonton tenggelam dalam suasana awal 2000-an — masa ketika surat cinta, mixtape, dan tatapan diam lebih bermakna daripada pesan singkat di layar ponsel.

Kisah yang Menghubungkan Masa Lalu dan Kini

Rangga & Cinta bukan sekadar usaha mengulang kesuksesan masa lalu. Ia adalah bukti bahwa kisah yang tulus selalu menemukan jalannya untuk kembali relevan.

Film ini menunjukkan bahwa cinta, meski hadir dalam bentuk berbeda di setiap zaman, tetap memiliki makna universal: keberanian untuk membuka hati, memahami, dan menerima orang lain apa adanya.

Sebuah Persembahan untuk Penonton Indonesia

Dengan cerita yang sarat makna, sentuhan nostalgia yang hangat, dan produksi yang digarap dengan penuh dedikasi, Rangga & Cinta menjadi salah satu film Indonesia yang paling dinantikan di tahun ini.

Film ini bukan hanya menghidupkan kembali kenangan, tetapi juga memperkenalkan kembali nilai-nilai tentang persahabatan, kejujuran, dan ketulusan yang sering kali terlupakan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern.

Kini, Rangga & Cinta telah resmi tayang di seluruh bioskop Indonesia, membawa tagline “The Rebirth of Ada Apa Dengan Cinta?” sebuah simbol lahirnya kembali cinta, harapan, dan semangat muda yang tak lekang oleh waktu.

Terkini