Bank Nasional Tunjukkan Ketahanan, Kredit dan DPK Terus Meningkat

Senin, 06 Oktober 2025 | 12:03:05 WIB
Bank Nasional Tunjukkan Ketahanan, Kredit dan DPK Terus Meningkat

JAKARTA - Stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia terus menunjukkan performa positif meski menghadapi dinamika global dan domestik. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang tetap kuat.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan kinerja intermediasi perbankan berada pada tren yang sehat. Salah satu pendorong utama pertumbuhan kredit berasal dari sektor korporasi, khususnya pembiayaan investasi.

“Sektor kredit investasi korporasi masih tumbuh tinggi pada Agustus 2025, yakni 13,9% secara tahunan (yoy),” kata Sekretaris LPS Jimmy Ardianto, Minggu (5/10/2025). Peningkatan ini mencerminkan dunia usaha yang semakin agresif dalam ekspansi dan investasi, mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Secara keseluruhan, kredit perbankan tercatat naik 7,56% yoy per Agustus 2025. Jimmy menambahkan, kualitas kredit tetap terjaga karena pengelolaan risiko yang terkendali. “Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,28%, sementara Loan at Risk (LaR) menurun ke 9,73% dari total penyaluran kredit,” ujarnya.

Dengan kualitas kredit yang sehat, perbankan diyakini mampu menjaga momentum pertumbuhan intermediasi ke depan. Hal ini menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan ekspansi sektor usaha dan pembiayaan nasional.

DPK Tumbuh Didukung Belanja Pemerintah dan Korporasi

Pertumbuhan kredit juga didorong oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. Pelaksana Tugas Ketua Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, menyebut DPK tumbuh 8,51% yoy per Agustus 2025. Kenaikan ini dipengaruhi aktivitas belanja pemerintah dan korporasi.

“Pertumbuhan DPK produk giro meningkat 15,01% yoy, memberikan kontribusi positif pada likuiditas bank,” ujarnya. Kondisi ini menjadi penyangga penting untuk memperkuat kapasitas pembiayaan sektor usaha.

Selain itu, likuiditas yang longgar dan permodalan kokoh memberi bank ruang untuk menyalurkan kredit lebih ekspansif. Rasio AL/NCD mencapai 120,24%, jauh di atas batas minimum 50%, sedangkan rasio AL/DPK tercatat 27,25%, di atas ambang batas 10%.

Angka-angka ini menunjukkan perbankan memiliki likuiditas yang memadai dan mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah. Kondisi ini juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan domestik.

OJK dan LPS Pastikan Stabilitas Terjaga

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, memproyeksikan kinerja perbankan 2025 tetap stabil. “Bank tetap berhati-hati menyalurkan kredit, terutama pada segmen berisiko tinggi, namun ekspansif di sektor yang berkontribusi besar terhadap ekonomi,” katanya.

OJK juga terus memantau perkembangan industri perbankan dan berkoordinasi agar layanan keuangan tetap optimal di tengah potensi gejolak sosial-politik. Langkah ini memastikan kepercayaan publik tetap terjaga dan risiko gangguan kinerja bank diminimalkan.

Selain itu, sektor perbankan memiliki modal yang kuat untuk menghadapi potensi risiko. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tercatat 25,88% per Juli 2025, jauh di atas ketentuan minimum, menunjukkan perbankan memiliki bantalan solid untuk menahan volatilitas pasar dan risiko kredit.

Simpanan Nasabah Aman Dijamin LPS

Kepercayaan masyarakat juga didukung oleh LPS yang menjamin simpanan hingga Rp2 miliar per nasabah per bank. Per Agustus 2025, 99,94% rekening di bank umum dijamin penuh, atau setara 651,58 juta rekening.

Sementara itu, di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah, cakupan jaminan penuh mencapai 99,97%, atau sekitar 15,79 juta rekening. “Hampir seluruh rekening nasabah di Indonesia terlindungi penuh oleh LPS,” kata Jimmy.

Dengan kombinasi pertumbuhan kredit yang positif, likuiditas yang longgar, ketahanan permodalan yang kokoh, dan jaminan simpanan LPS, perbankan Indonesia berada pada jalur yang sehat dan stabil. Kondisi ini diyakini mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka menengah hingga panjang.

Bank yang kuat, nasabah yang terlindungi, dan sistem keuangan yang stabil menjadi fondasi penting bagi ketahanan ekonomi menghadapi dinamika global dan domestik. Dengan pengawasan yang baik dari OJK serta dukungan dari LPS, perbankan nasional tetap menjadi pilar utama pembangunan ekonomi Indonesia.

Terkini