Hilirisasi dan Energi

BPI Danantara Rampungkan Kajian 18 Proyek Hilirisasi dan Energi Nasional

BPI Danantara Rampungkan Kajian 18 Proyek Hilirisasi dan Energi Nasional
BPI Danantara Rampungkan Kajian 18 Proyek Hilirisasi dan Energi Nasional

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan kajian kelayakan atau feasibility study 18 proyek hilirisasi dan ketahanan energi oleh BPI Danantara ditargetkan rampung Desember 2025. Proyek-proyek tersebut dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan kesiapan pembiayaan dan pelaksanaan.

Salah satu proyek yang dikaji terkait ekosistem mobil listrik atau electric vehicle (EV), termasuk pembangunan baterai mobil listrik. “Kami melaporkan kepada Bapak Presiden, bahwa terkait dengan proyek hilirisasi, kami sama Pak Rosan sudah menyerahkan 18 proyek yang total nilai investasinya kurang lebih Rp300 triliun,” ujar Bahlil dalam sambutannya di Cilegon.

Proyek ekosistem mobil listrik sebelumnya tidak termasuk dalam proposal awal Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. “Insya Allah di awal Desember sudah selesai. Termasuk dalamnya adalah kita akan membangun ekosistem daripada baterai mobil kemudian mobil listrik,” tambah Bahlil.

Tahap Evaluasi dan Pelibatan Konsultan

Bahlil menjelaskan dokumen kajian saat ini sedang dikerjakan oleh konsultan yang ditunjuk BPI Danantara. Targetnya, seluruh kajian dapat selesai pada awal Desember 2025, sehingga proyek bisa segera dilanjutkan ke tahap implementasi.

Menurut Bahlil, pabrik petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia yang baru beroperasi dapat menyediakan komponen pendukung industri mobil, seperti bumper dan kabel. Dengan begitu, kebutuhan bahan baku pembuatan mobil listrik dapat terpenuhi dan ekosistem industri EV di Indonesia terbentuk.

“Maka insya Allah kalau ini sudah ada, maka rantai pasok daripada ekosistem mobil listrik maupun baterai mobil listrik itu sudah berada di Indonesia dan ini yang menjadi apa yang Bapak perintahkan,” jelas Bahlil.

CEO BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menambahkan lembaganya tengah mematangkan feasibility study sejumlah proyek hilirisasi. Fokus utama adalah koreksi dan penyesuaian asumsi yang diajukan Satgas Hilirisasi agar kajian lebih realistis.

Nilai Investasi dan Fokus Sektor

Total nilai paket proyek yang diajukan Satgas Hilirisasi mencapai US$38,63 miliar atau sekitar Rp640,4 triliun. Dari 18 proyek, 8 di antaranya berada di sektor mineral dan batu bara (minerba), 2 di sektor transisi dan ketahanan energi, dan masing-masing 3 di sektor pertanian serta kelautan dan perikanan.

Proyek sektor minerba meliputi industri smelter aluminium di Kalimantan Barat senilai Rp60 triliun. Selain itu, ada industri DME batu bara di Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin senilai Rp164 triliun.

Sektor minerba juga mencakup industri aspal di Buton (Rp1,49 triliun), mangan sulfat di Kupang, NTT (Rp3,05 triliun), stainless steel slab nikel di Morowali, Sulawesi Tengah (Rp38,4 triliun), copper rod, wire & tube di Gresik, Jawa Timur (Rp19,2 triliun), industri besi baja di Kabupaten Sarmi, Papua (Rp19 triliun), dan chemical grade alumina di Kendawangan, Kalimantan Barat (Rp17,3 triliun).

Proyek Pertanian, Kelautan, dan Ketahanan Energi

Sektor pertanian mencakup industri oleoresin pala di Fakfak, Papua Barat (Rp1,8 triliun). Industri oleofood kelapa sawit di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur senilai Rp3 triliun, serta industri nata de coco, MCT, coconut flour, dan activated carbon di Kawasan Industri Tenayan, Riau senilai Rp2,3 triliun.

Sektor kelautan dan perikanan mencakup industri chlor alkali plant di berbagai wilayah (Rp16 triliun). Selain itu, ada industri fillet tilapia di beberapa provinsi senilai Rp1 triliun, dan industri carrageenan di Kupang, NTT (Rp212 miliar).

Proyek ketahanan energi meliputi pembangunan kilang minyak senilai Rp160 triliun. Selain itu, terdapat tangki penyimpanan minyak dengan nilai investasi Rp72 triliun, tersebar di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak.

Proyek Transisi Energi dan Dampak Ekosistem Industri

Dua proyek transisi energi yang sedang dikaji yaitu modul surya terintegrasi di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah senilai Rp24 triliun. Proyek kedua adalah industri bioavtur berbasis used cooking oil di KBN Marunda, CIkarang, dan Kawasan Industri Karawang senilai Rp16 triliun.

Bahlil menekankan, rampungnya feasibility study akan mempercepat pembangunan proyek hilirisasi. Hal ini diharapkan membentuk ekosistem industri hilir yang terintegrasi, termasuk rantai pasok mobil listrik dan baterai di dalam negeri.

Proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah sumber daya nasional, tetapi juga mendorong terciptanya lapangan kerja dan investasi di berbagai sektor. Dengan total nilai investasi mencapai ratusan triliun rupiah, proyek hilirisasi menjadi salah satu pilar utama strategi ketahanan energi nasional.

Selain itu, integrasi sektor minerba, pertanian, kelautan, dan energi transisi diharapkan menciptakan sinergi industri yang berkelanjutan. Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal sekaligus mengurangi ketergantungan impor bahan strategis.

Ke depan, BPI Danantara dan Kementerian ESDM akan terus memantau progres kajian dan menyesuaikan rencana investasi. Target akhir Desember 2025 menjadi momentum penting untuk mempercepat transformasi industri hilirisasi dan mobil listrik di Indonesia.

Dengan selesainya 18 kajian proyek, pemerintah menegaskan komitmen untuk membangun ekosistem industri dalam negeri. Langkah ini sejalan dengan visi nasional menciptakan kemandirian energi dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index